BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat Ilmu Menurut
Beerling (1985; 1-2)
filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara utnuk
memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu
penyelidikan lanjuta. Dia merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang
bersifat lanjutan atau secondary reflexion. Refleksi sekunder seperti itu
merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan
cerai berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu yang ada.
Refelksi sekunder banyak memberi sumbangan dalam usaha memberi tekanan
perhatian pada metodikaserta sistem dan untuk berusaha memperoleh pemahaman mengenai
azas-azas, latar belakang serta hubungan-hubungan yang dipunyai kegiatan
ilmiah. Sumbangan tersebut bisa berbentuk (1) mengarahkan metode-metode
penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggaaraan kegiatan ilmiah; (2)
menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap terhadap kegiatan-kegiatan
ilmiah. Dalam hal ini mempertanyakan kembali secara de-jure mengenai
landasan-landasan serta azas-azas yang memungkinkan ilmu itu memberi pembenaran
pada dirinya serta apa yang dianggapnya benar.
Filsafat ilmu adalah refleksi yang mengakar terhadap
prinsip-prinsip ilmu.Prinsip ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran
universal yang lengket didalam ilmu yang pada akhirnya memberi jawaban terhadap
keberadaan ilmu. Dengan mengetahui seluk-beluk
prinsip ilmu itu maka dapat diungkapkan perspektif-perspektif ilmu,
kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, keterjalinan antar ilmu, ciri
penanganan secara ilmiah, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan sebagainya
yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri (Suriasumantri, 1986; 301-302).
Filsafat ilmu pengetahuan membahas sebab musabab pengetahuan dan menggali
tentang kebenaran, kepastian, dan tahap-tahapnya, objektivitas, abstraksi,
intuisi, dan juga pertanyaan mengenai “dari mana asalnya dan kemana arah
pengetahuan itu?” (Verhaak & Haryono, 1989; 12-13).
2. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai kenyataan dalam alam manusia.
a.
Sumber
Ilmu Pengetahuan
Sumber ilmu pengetahuan
mempertanyakan dari mana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Ilmu pengetahuan
diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio).
Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme.
Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri
atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John
Locke (1632-1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan
ratio. Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes
b.
Batas-batas
Ilmu Pengetahuan.
Menurut Immanuel Kant apa
yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang ada di
dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca indera disebut nomenon. Apa yang dapat kita tangkap
dengan panca indera itu adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja
tetapi harus lebih dari sekedar yang dapat ditangkap panca indera. Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap
dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu. Yang
berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera kita, itu
terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif: 1) ide kosmologis yaitu tentang semesta
alam (kosmos), yang tidak dapat kita jangkau dengan panca indera, 2) ide
psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak dapat kita tangkap dengan panca
indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera kita adalah manifestasinya
misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan berpikirnya, dan lain-lain, 3) ide
teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.
c. Keabsahan Ilmu Pengetahuan
Keabsahan
ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah
berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai (axiologi), dan
kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan
kenyataan. Misalnya ada korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang
terlihat dari pernyataan yang diungkapkan dengan realita.
Terdapat 3
(tiga) macam teori untuk mengungkapkan kebenaran, yaitu:
1.
Teori Korespondensi,
terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan kenyataan atau
realita.
2.
Teori Koherensi, terdapat
keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang lain. Tidak boleh terdapat
kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain.
3.
Teori
Pragmatis, yang dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme adalah tradisi
dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme. Aliran
Pragmatisme timbul di Amerika Serikat. Kebenaran diartikan berdasarkan teori
kebenaran pragmatisme.
B. Perbedaan Antara Filsafat
Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Antara definisi filsafat dan
ilmu pengetahuan memang hampir mirip namun kalau kita menyimak bahwa di dalam
definisi ilmu pengetahuan lebih menyoroti kenyataan tertentu yang menjadi
kompetensi bidang ilmu pengetahuan masing-masing, sedangkan filsafat lebih
merefleksikan kenyataan secara umum yang belum dibicarakan di dalam ilmu pengetahuan
(Muntasyir&Munir,2000: 10). Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap
berasal dari filsafat sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang
berdasarkan kekaguman atau keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk
menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
Perbedaan filsafat ilmu dengan
filsafat atau ilmu-ilmu lain seperti sejarah ilmu, psikologi, sosiologi, dan
sebagainya terletak apada masalah yang hendak dipecahkan dan metode yang akan
digunakan. Filsafat ilmu tidak berhenti pada pertanyaan mengenai bagaimana
pertumbuhan serta cara penyelenggaraan ilmu dalam kenyatannya, melainkan
mempermasalahkan masalah metodologik, yakni mengenai azas-azas serta alasan
apakah yang menyebabkan ilmu dapat menyatakan bahwa ia memperoleh pengetahuan ilmiah
(Beerling, 1985; 2).
Wibisono (1997: x) pada Artikel kunci “Gagasan Strategik
Tentang Kultur Keilmuan Pada Pendidikan Tinggi”, yang mengambil pendapat H.J.
Pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-19 dan 20, dan bahkan sampai sekarang,
diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh dominasinya peran ilmu
pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.
Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia memang
tidak dapat dipungkiri. Betapa tidak, dominasi ini
paling kurang membawa pengaruh dan manfaat bagi manusia, atau justru
berpengaruh negatif dan membawa malapetaka.
C. Timbal
Balik Filsafar Dan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani,
filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun
banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian,
filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik
filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis,
sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal.
Ilmu dan
Filsafat sangat berkaitan dan tidak akan pernah dapat dipisahkan, berikut ini
adalah hubungan atau timbale balik antara ilmu dan filsafat
a. Filsafat
adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan
itu itu dapat hidup dan berkembang.
b. Filsafat
membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan
ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap
langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan
harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif.
Antara ilmu yang satu
dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani
serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah
yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant
(dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the
sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan,
karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat
ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai
cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan
filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal
ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang
berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau
tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa
filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu.
Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip
ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu
kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan
persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan
landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh,
Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan
hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai
pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan
infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya
adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
D. Pandangan Filsafat
Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi
sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan
ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini
berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala
pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu
dengan argumen-argumen yang obyektif.
Filsafat memang telah ada sebelum ilmu – ilmu yang lain
ada dan setelah ilmu – ilmu lain ada. Artinya semua ilmu berkembang dari
filsafat dan setelah ilmu itu ada dan berkembang juga belum terlepas dari
filsafat walaupun sudah ada permasalahan dan konsep yang jelas dalam ilmu
tersebut. Dalam hal ini filsafat tetap masih harus terdapat dalam semua ilmu
yang ada.
Namun yang menjadi permasalahan apakah filsafat adalah
induk dari ilmu pengetahuan?
Menurut beberapa sumber bacaan yang penulis dapatkan dari
situs internet ada beberapa pandangan mengenai hal ini:
1. Filsafat
adalah induk dari pada ilmu pengetahuan, Dia memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan
hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
2. Bahasa yang
didukung oleh filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan. Maksudnya dalam hal
ini filsafat akan dapat dikembangkan dan dijelaskan dengan bahasa, sebab tanpa
ada bahasa para filosof tidak akan mampu menyalurkan idenya untuk perkembagnan
ilmu pengetahuan lain. Dalam hal ini peranan filsafat adalah membantu
perkembangan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan salah satu dari ilmu
pengetahuan seperti bahasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan :
1. Filsafat ilmu adalah
refleksi yang mengakar terhadap prinsip-prinsip ilmu. Prinsip ilmu adalah sebab
fundamental dan kebenaran universal yang lengket didalam ilmu yang pada
akhirnya memberi jawaban terhadap keberadaan ilmu dan Ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai kenyataan dalam alam manusia.
2. Filsafat dan Ilmu
pengetahuan memiliki perbedaan dan juga saling berkaitan satu sama lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah
Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu
Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung PS-IKIP
Bandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik
Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs.,
SHm.,(1992), Filsafat
Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung :
Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_Ilmu,http://members.tripod.com/aljawad/artike/filsafat_ilmu.htm.
Ismaun, (2001), Filsafat
Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah
Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan.
Mantiq,
http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh. Nazir, (1983), Metode
Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
No comments:
Post a Comment